Svalbard: Tempat Penyelamat Umat Manusia Ketika "Kiamat"


Di Pulau Spitsbergen, Norwegia ada pulau yang diselimuti es dan dikepung ombak ganas tiga laut ini terdapat bangunan yang kelak "menyelamatkan umat manusia" ketika kehancuran global terjadi.
Pulau seluas 22 ribu kilometer persegi ini dahulunya digunakan sebagai tempat bersandar para pemburu paus abad ke-17 dan 18. Pada abad selanjutnya, pulau ini berubah menjadi lokasi penambangan komoditas batu bara yang sangat dibutuhkan pabrik-pabrik pada saat itu. Hawa kutub berembus di atas daratan Spitsbergen. Di antara salju, hidup beruang kutub, rusa salju, dan mamalia laut. Mereka hidup dari air murni yang mengalir dari glasier.
Di tengah Pulau Spitsbergen, tegak sebuah pintu raksasa yang menjulang setinggi 20 meter. Pintu tersebut menjadi jalan masuk menuju terowongan sepanjang 120 meter yang menembus bukit batu. Di ujung terowongan dengan pengamanan berlapis tersebut terdapat kamar-kamar yang digunakan sebagai tempat penyimpanan seluruh bibit tanaman yang ada di muka bumi.
Lokasi ini bernama Svalbard Global Seed Vault. Dibangun pada 2008, peti besi raksasa ini dibiayai oleh pemerintah Norwegia, konsorsium Crop Trust, dan Nordic Genetic Resource Center. Pendirian bangunan ini menelan biaya Rp 120 miliar.
Konsep bangunan ini meniru perahu Nuh yang menyelamatkan berbagai jenis hewan dan tumbuhan ketika bencana banjir besar menerjang. Para ilmuwan memang khawatir bumi akan mengalami “kiamat” pada abad ini. Pemicu kiamat yang dimaksud adalah kenaikan temperatur bumi akibat pemanasan global. Para ilmuwan memperkirakan kenaikan suhu hingga 2 derajat Celsius pada abad ini akan membuat punah berbagai spesies di muka bumi, termasuk spesies tanaman. Padahal, tanaman merupakan sumber energi utama banyak binatang.
Para pengusul pembuatan "perahu Nuh” ini berpikir untuk menyelamatkan sebanyak mungkin benih tanaman. Dengan demikian, ketika kiamat kepunahan massal terjadi, masih ada benih yang bisa diselamatkan dan dipakai kembali untuk membangun kehidupan dari nol.
Ruang penyimpanan di dalam bangunan ini terjaga pada suhu -18 derajat Celsius. Seandainya sistem pendingin ruangan rusak, suhu batuan yang meliputi peti es raksasa ini bisa menjaga temperatur di dalam pada suhu -3 derajat Celsius. Jika kerusakan sistem terjadi permanen, dibutuhkan waktu selama dua abad sampai suhu ruangan naik menjadi 0 derajat Celsius. Hingga awal 2017, peti es sudah menyimpan hampir 1 juta benih dari seluruh dunia. Benih tersebut berasal dari 238 negara dan 8 benua.
Indonesia ikut menyumbang benih. Sejauh ini sumbangan Indonesia sebanyak 518 ribu bulir yang disimpan dalam 5 kotak. Penyaluran benih ini tercatat dilakukan oleh Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Biotechnology.

Baca Sumber

Comments

Popular posts from this blog

Subhanallah! Allah Mengirim Pasukan Misterius Berjubah Putih Di Gaza, Diduga Malaikat

Mitos Ujung Pelangi Ada Bidadari Mandi atau Tong Emas? Beginilah Kenampakan Sebenarnya

Misteri Legenda Mak Lampir, Yang Disembunyikan Dan Tidak Diketahui